Cara Membagi Kelompok Belajar
Untuk siswa sekolah dasar, belajar dengan cara berkelompok merupakan salah
satu cara bekerja sama dengan orang lain. Selain itu belajar secara berkelompok
dapat pula meningkatkan tolerasi dengan cara belajar menerima dan mengharagai
kelebihan dan kekurangan orang lain. Bahkan metode ini dapat pula meningkatkan
rasa percaya diri karena sebagian siswa merasa lebih nyaman menyampaikan
ide-idenya dalam kelompok kecil.
Namun sebagai guru dalam memilih anggota kelompok kadang-kadang hanya asal
menunjuk dengan hitungan 1,2,3 dan seterusnya. Sering pula sebagai guru, kita
cenderung memperhatikan satu aspek saja dalam menunjuk anggota kelompok,
misalnya berdasarkan persamaan kompetensi akademik. Padahal keanekaragaman
individu dalam kelompok sebenarnya justru memperkaya dinamika kelompok karena
mereka akan melengkapi kekurangan orang lain dengan kelebihan dari
masing-masing individu. Ketika keanekaragaman ini bertemu dalam satu tim,
secara langsung maupun tidak langsung semua anggota akan belajar hal baru dari
orang lain. Misalnya, siswa pemalu akan belajar dari anggota tim yang pandai
mengungkapkan pendapat secara logis dan runtut atau siswa yang biasa menjadi
pengikut akan belajar bagaimana memimpin dan mengatur kelompok dari anggota tim
yang punya jiwa kepemimpinan.
Banyak sekali cara membentuk kelompok heterogen yang dapat memperkaya
dinamika tim, antara lain:
1. Bulan kelahiran
Cara ini mudah sekali. Setiap siswa berbaris berdasarkan urutan bulan dalam
satu tahun tanpa bersuara. Artinya ketika mereka berbaris, mereka tidak boleh
bertanya, berkomentar, atau mengatur orang lain dengna bersuara. Mereka harus
berbaris dari siswa yang lahir bulan Januari dengan tanggal yang paling awal
sampai bulan Desember dengan tanggal paling akhir. Jangan lupa bahwa guru harus
member batasan waktu, misalnya 5 menit saja. Setelah itu, guru harus mengecek
benar tidaknya urutan tanggal dan bulan. Kemudian guru baru menghitung berapa
siswa yang dibutuhkan dalam setiap kelompok. Supaya game ini bermakna bagi
siswa, guru sebaiknya bertanya tentang strategi apa yang digunakan agar
pembentukan kelompok seperti ini sukses. Tujuan refleksi ini adalah mengajak
siswa agar merenungkan manfaat apa yang dapat dipelajari dari kegiatan ini.
Seandainya suatu saat melakukan kegiatan yang sama, mereka juga akan
melakukannya secara efektif. Cara ini dapat dimodifikasi dengan cara
mengurutkan siswa berdasarkan ukuran sepatu, tinggi badan, atau lamanya tidur
dalam sehari.
2. Stik es krim
Jangan membuang stik es krim karena ada manfaatnya. Tulislah nama siswa pada
stik es krim. Masukkan semua stik es krim yang sudah bernama ke dalam wadah,
kocok-kocok. Setelah itu ambil secara acak beberapa stik, jumlahnya tergantung
berapa anggota dalam setiap kelompok.
3. Puzzle kalender
Guru dapat memanfaatkan kalender bekas untuk puzzle. Caranya, tentukan
terlebih dahulu berapa kelompok yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan. Kemudian
tentukan pula berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok. Jika setiap kelompok
beranggotakan empat orang, maka guru menggambar kepingan puzzle sebanyak lima
bagian dalam setiap lembar kalender karena yang sekeping potongan akan
diletakkan di meja sebagai acuan bagi siswa untuk menemukan pasangan kepingan
puzzle. Pelaksanaan di kelas jga mudah. Setiap siswa akan mendapatkan satu
keeping puzzle kalender. Mereka akan bergerak untuk menenukan pasangan puzzle.
Ingatkan kepada siswa untuk tidak bersuara agar kelas terkendali.
4. Angkamu angkamu
Ini adalah cara membentuk tim dengan menuliskan soal hitungan. Guru
menuliskan soal penjumlahan, perkalian, pembagian, pengurangan, atau hitung
campur di dalam sebuah kertas kecil. Hasil dari soal hitungan tadi dalam setiap
kelompok harus sama. Misalnya, jika guru menginginkan satu kelompok terdapat
empat anggota, maka guru membuat soal hitungan sebanyak 4, yang apabila sudah
selesai dihitung, hasilnya sama. Contoh, 3×4 +2=; 20-5=; 30:2=. Hasil dari
setiap soal adalah 15. Jadi siswa yang mendapat soal dengan hasil 15, maka
mereka akan membentuk satu kelompok.
5. Judul yang hilang
Guru dapat memanfaatkan beberapa judul filem, buku cerita, tokoh kartun,
tokoh wayang, tokoh pahlawan, atau nama artis untuk membentuk tim. Caranya
mirip dengang puzzle. Guru menuliskan nama atau judul dalam selembar kertas
kecil, misalnya Gatotkaca dan Arjuna. Potonglah kata Gatotkaca menjadi 2 bagian
dan kata Arjuna menjadi 2 bagian. Kemudian tentukan pula jenis nama yang sama
dalam kelompok lain, misalnya satu kelompok dengan nama pahlawan, sementara
kelompok lain dengan nama gunung. Hasil potongan nama tadi dibagian kepada
setiap siswa. Siswa yang mendapat potongan nama-nama wayang akan menjadi satu
tim, misalnya siswa A mendapat kata Gatot, siswa B mendapat kata Kaca, siswa C
mendapat sukukata Arju, dan siswa D mendapat sukukata na maka mereka berkumpul
menjadi satu kelompok.
Sebagai guru di sekolah dasar, kita harus kreatif dan selektif memilih
strategi mengajar agar suasana kelas lebih hidup. Dengan menggunakan cara-cara
di atas, sebenarnya siswa tidak hanya bermain ketika membentuk kelompok, tetapi
juga bekerja sama dan belajar menerima satu dengan lainnya. Masih banyak cara
lain untuk membentuk tim dalam kelas, yaitu dengan mencari ide di Internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar